Donald Trump dikenal dengan sikapnya yang skeptis terhadap lembaga internasional. Salah satu target utamanya adalah Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization atau WTO). Kritik Trump terhadap WTO bukan tanpa alasan. Ia melihat WTO sebagai organisasi yang gagal melindungi kepentingan ekonomi Amerika Serikat. Sikapnya ini menjadi fondasi bagi kebijakan perdagangannya yang proteksionis.
Salah satu kritik Trump utama adalah bahwa WTO terlalu menguntungkan Tiongkok. Ia berpendapat bahwa WTO memberikan status “negara berkembang” pada Tiongkok. Status ini memberikan Tiongkok keistimewaan. Ini memungkinkan Tiongkok untuk mendapatkan perlakuan khusus yang tidak adil bagi Amerika Serikat.
Trump berulang kali menuduh WTO gagal dalam menegakkan aturan perdagangan yang adil. Menurutnya, Tiongkok melakukan praktik dagang yang tidak fair, seperti subsidi pemerintah. Praktik ini membuat produk Tiongkok sangat murah. Kritik Trump menyatakan bahwa WTO tidak efektif dalam menghukum Tiongkok.
Ia juga berpendapat bahwa WTO membatasi kedaulatan Amerika Serikat. Menurutnya, WTO memaksa AS untuk mematuhi keputusan yang merugikan. Ia merasa bahwa AS harus bebas membuat kebijakan perdagangan sendiri. Ia tidak ingin terikat oleh keputusan yang ia anggap tidak adil.
Kritik Trump lainnya adalah bahwa proses penyelesaian sengketa di WTO terlalu lambat dan tidak efektif. Ia merasa bahwa sistem ini tidak memberikan keadilan yang cepat. Ia lebih memilih untuk menyelesaikan sengketa dagang secara langsung. Ia menggunakan ancaman tarif sebagai alat tawar.
Sikap skeptis ini juga didukung oleh pandangan bahwa perjanjian perdagangan global merugikan pekerja AS. Trump berpendapat bahwa liberalisasi perdagangan menyebabkan hilangnya jutaan pekerjaan di sektor manufaktur. Ia melihat WTO sebagai penyebab utama dari deindustrialisasi AS.
Meskipun kritik Trump ini banyak ditentang oleh para ekonom dan pendukung perdagangan bebas, narasi ini sangat populer. Banyak pendukungnya, terutama di wilayah-wilayah yang terkena dampak ekonomi, setuju. Mereka merasa bahwa Trump adalah satu-satunya yang berani melawan sistem.
Sebagai respons, Trump mengambil langkah-langkah drastis. Ia mengancam untuk keluar dari WTO. Ia juga memblokir penunjukan hakim untuk badan banding WTO. Tindakan ini melumpuhkan sistem penyelesaian sengketa WTO. Ia menggunakan kekuasaannya untuk menekan organisasi tersebut.